Akibat Fanatisme Pada Kiyai
AKIBAT FANATISME PADA KIYAI
Kata-Kata Kiyai
merupakan suatu gelar yang dinobatkan oleh masyarakat kepada seseorang karena
dikenal alim, atau memiliki kelebihan dalam dalam aktifitas ibadah, atau karena
dipandang dari keturunanya. Di dalam hidup sosial atau bermasyarakat seorang
Kiyai itu merupakan tempat tumpuhan dalam banyak hal,terutama dalam masalah
agama. Ketika ada suatu problematika atau permasalahan maka mereka datang langsung kepada Kiyai. Ketika
ada acara-acara penting dalam keluarga atau sosial masyarakat,maka mereka
mendatangkan Kiyai, terutama dalam hal agama. Mereka begitu pasrah untuk mendengarkan
pengajian dari seorang kiyai, bahkan mereka menyerahkan anaknya untuk
memperoleh ilmu agama dari Kiyai tersebut, dengan tujuan anaknya bisa menjadi
orang yang sholeh-sholehah.
Dengan
demikian masyarakat mengangunkan kiyai dengan cara bersikap Ta’zhim, memuji dan
pasrah pada kiyai tersebut. Namun kadang, masyarakat terlalu over dalam memberi
pujian atau bersifat ta’zhim. Sehingga saking ta’zhimnya, mereka
mendamba-dambakana atau menomrsatukan kiyai yang telah menjadi panutan mereka.
Akibatnya, mereka sering menyampingkan atau bahkan tidak menganggap kiyai yang
lain. Lebih parahnya lagi, mereka tidak segan-segan menghina kiyai yang bukan
panutanya atau gurunya.oleh karena itu orang yang seperti ini berdalil, “Kiyai
itu bukan guru saya, atau saya tidak pernah berguru kepada dia, Ngapain juga harus
menghormati?”
Dalil ini
merupaKan dalil yang sering terungkap bagi orang-orang yang tidak merasa
berguru pada seseorang kiyai, sehingga dia gampang sekali mengucapkan dalil
tersebut. Kasus ini masih terjadi sampai saat ini, bagi orang-orang yang
menggelommpokkan dirinya sebagai golongan kiyai si A. jadi, seumpamanya ada
orang-orang yang tidak berguru pada kiyai yang mereka jadikan tokoh dalam
golonganya, mereka tidak menganggapnya sebagai saudara di masyarakat, atau malah
dianggap musuh yang harus dihindari.
Sepertinya
hal ini itu tidak terjadi dikalanga masyarakat aja, melainkan santri dan juga
alumni juga mengelompokkan dirinya
sebagi golongan kiyai yang dijadikan gurunya. Maka tidak jarang ada
ungkapan yang mengatakan bahwasanya kiyai dan pondoknya mereka remehkan atau
bahkan menjelek jelekkan lantas karena bukan
kiyai atau gurunya sendiri.
Contoh : “saya santrinya Kiyai si A dan bukan santrinya Kiyai si B.
jadi, tidak apa apa jika saya tidak menghormatin Kiyai si B”, atau dia kan santrinya Kiyai
si itu tuch, jadi wajar kalau dia tidak bisa jadi baca kitab, karena memang
pondoknya itu kompeten dalam dalam kitab”, atau pondok itu lebih bagus dan lebih
maju pondok saya dari pada pondok dia.
Dalam
kehidupan dimasyarakat, sangat jelas dari contoh di atas tentang golongan
santrinya Kiyai si A dan golongan santri kiyai si B. semisal dalam kehidupan pendidikan,
mereka yang alumninya kiyai si A itu tidak mau membantu lembaga pendidikanya karena
hanya beda alumni.
atau parahnyanya lagi dia malah melarang anak didiknya untuk
pindah pendidikan lanjutan ke pondok yang bukan pondoknya.