Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi KH. Abdul Karim dan 7 Nasihatnya

NGAJISALAFY.COM | KH. Abdul Karim bin Abdul Rahim merupakan pendiri pondok pesantren Lirboyo Kediri, selain itu beliau juga termasuk murid kesayangan syaikhona Kholil bin Abd Latif Bangkalan, lahir pada sekitar tahun 1856  di desa diangan kawedanan mertoyudan kabupaten magelang dan beliau wafat pada tahun 1374 H. Kemudian beliau juga termasuk sosok ahlul ‘ilmi (pecinta ‘ilmu), hal ini dibuktikan bahwa beliau pernah merantau ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur sejak umur 14 (empat belas) tahun yakni;

Biografi KH. Abdul Karim

  • Pondok pesantren Babadan Gurah Kediri.
  • Pondok Pesantren Cepoko Nganjuk.
  • Pondok pesantren Trayang Bangsri Kertosono.
  • Pondok Pesantren Sono Sidoarjo.
  • Pondok pesantren Kedung Doro Sepanjang Surabaya.
  • Pondok pesantren Bangkalan Madura (keterakhir).

Abdul Manaf (nama waktu kecilnya KH. Abdul Karim) mondok di Bangkalan selama kurang lebih 23 tahun. Kemudian ia singgah di Tebu Ireng, nyantri pada KH. Hasyim Asy’ari (sahabat pada waktu nyantri di Bangkalan) selama 3 tahun, untuk memperdalami ilmu hadis. Sebab KH. Hasyim Asy’ari sangat terkenal penguasaanya dalam bidang ilmu hadist yang diperoleh dari guru beliau bernama Syaikh Mahfudz At-Tarmasyi (seorang ulama’ besar di Masjid Al-Haram Makkah).

Banyak orang-orang dibuat kagum oleh KH. Abdul Manaf atau KH.Abdul Karim ialah karena kecintaan dan keuletannya dalam mengejar ilmu, mengaji dan mengkaji. Jikalau dihitung-hitung masa belajarnya beliau kurang lebih selama 36 tahun (sejak umur 14 sampai umur 50 tahun).

Inilah 7 Nasihat KH. Abdul Karim bin Abdul Rahim

1. Mahare wong belajar alfiyah, kuwi kudu apal, sing durung hafal gak usa melo’ ngaji alfiyah (Maharnya orang belajar alfiyah itu harus hafal, yang belum hafal jangan ikut ngaji alfiyah).

2. مَنْ لَمْ يَعْرِفْ مَرْجِعَ الْضَّمِيْرِ فَلَيْسَ لَهُ ضَمِيْرٌ
(Barang siapa yang tidak tahu tempat kembalinya dhomir berarti tidak mempunyai dhomir/hati).

3. Santri sing durung biso moco lan nulis kudu sekolah.
(Santri yang belum bisa membaca dan menulis itu harus sekolah).

4. Ojo’ mangan kentol kebo, marahi bodho. 
(Jangan mekan kemaluan kerbau, bisa menyebabkan otak tumpul).

5. Kulo naming ngungsi dating Allah.
(Saya hanya mengungsi kepada Allah). Argumentasi ini disampaikan oleh beliau tatkala Kediri akan diberangus oleh Belanda.

6. Yen gelem yo gene iki, wong kiyai Kholil lek ma’nani yo ngene. (Kalau mau ya seperti ini wong kiyai Kholil memberi makna ya seperti ini). Ucapan ini, menunjukkan kecintaan dan kesetiaan beliau kepada gurunya, yang selalu di ingat dalam kenangan.

7. Dongak-dongak aku mati diakoni santrine kyai Kholil, sebab lekku golek ilmu kawit durung baling  (Do’a kan saya meninggal diakui santri kiyai Kholil, sebab saya mencari ilmu mulai belum baligh). Ucapan ini menunjukkan betapa dalam hubungan bathiniyyah seorang murid dengan sang guru. Murid sejati ingin selalu menyatu dengan kiyainya. Istilahnya mati urip manut kiyai (mati hidup nurut kiyai).

Demikianlah biografi KH. Abdul Karim dan 7 petuahnya. Semoga bermanfaat wallahu ‘a’lam.

Posting Komentar untuk "Biografi KH. Abdul Karim dan 7 Nasihatnya"