Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Pengantar Ilmu Nahwu

Pengantar Ilmu Nahwu



Pernahkah
terbesit dipikiran kita mengapa ada beberapa lafadz yang sama didalam al-Qur’an
namun harakat akhirnya berbeda-beda. Terkadang berharakat dhammah, fathah atau
kashrah meskipun lafadznya sama. Seperti lafadz Allah. Dalam Surat al-Baqarah
ayat 255, lafadz Allah berharakat 
dhommah :

Ilmu Nahwu



ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ



Artinya :
“Allah, tiada Tuhan (berhak disembah) melainkan Dialah yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya)".



Dalam ayat
lain, lafadz Allah berharakat fathah :



يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ



Artinya
:“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(Q.S al-Baqarah : 153)



Dalam
basmalah, lafadz Allah berharakat kashrah:



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Artinya :
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

Perubahan
harakat pada lafadz Allah diatas bukanlah sembarangan. Melainkan ada
kaidah-kaidah yang mengatur perubahan harakat akhir lafadz tersebut. Kesalahan
dalam pemberian harakat itu bisa mengubah arti atau makna
. Seperti contoh dibawah ini :



ضَرَبَ زَيْدٌ بَكْرًا



Artinya : “Zaid sudah memukul Bakr”, ketika lafadz Zaid diberi harakat
dhommah maka menujjukan bahwa ia sebagai pelaku (faail) namun, jika lafadz Zaid
diberi harakat fathah maka menujjukkan bahwa ia sebagai sasaran (maful bih).
Seperti :



ضَرَبَ بَكْرٌ زَيْدًا



Artinya : “Bakr sudah memukul
Zaid”. 

Oleh karena itu, mempelajari
kaidah seputar perubahan akhir ini begitu penting.



Kaidah ini akan dibahas dalam
ilmu nahwu. Karena, memang ilmu nahwu merupakan salah satu cabang dari ilmu
Bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan
kaidah-kaidah Bahasa Arab, baik yang berkenaan dengan posisi lafadz dalam suatu
kalimat atau kondisi lafadz (harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat.



Selain ilmu nahwu, ilmu penting
yang wajib dipelajari bagi pemula ialah ilmu sharraf. Kedua cabag ilmu ini
(nahwu dan sharraf) diistilahkan sebagai ilmu alat. Karena, dengan kedua ilmu
ini, kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang
sesuai dengan kaidah-kaidah Bahasa Arab resmi. Adapun jika kita ingi membuat
kalimat Bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunanya, pemilihan kata dan
maknanya atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang Bahasa
Arab lainya seperti :

  • Ilmu Balaghah (keindahan bahasa)
  • Ilmu Ma’ani (memahami teks sesuai
    dengan konteks)
  • Ilmu Arudh (sya’ir bahasa arab)



Perbedaan Ilmu Nahwu dan Sharraf



Ilmu nahwu fokus terhadap tentang
bagaimana kita bisa merangkai kata-kata agar menjadi suatu kalimat yang
sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata
dalam suatu kalimat yang dikenal dengan istilah i’rab. Sedangkan
ilmu sharraf fokus pada perubahan kata dari suatu bentuk ke bentuk yang lain
yang dikenal dengan istilah tashrif.



Pentingya Belajar Ilmu Nahwu



Ilmu nahwu merupakan salah satu
ilmu yang harus dikuasai untuk memahami penyusunan kaidah Bahasa Arab. Bahasa
Arab memiliki berbagai macam pola yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Karena,
ia tidak hanya berbicara tentang susunan kata, tetapi juga berbicara keadaan
harakat huruf yang terakhir. Apabila bunyi akhir huruf suatu kata itu berbeda
maka, berbeda pula maknanya sebagaimana contoh-contoh yang telah kami sebutkan.



Sebagai seorang muslim,
mempelajari Bahasa Arab sudah merupakan suatu keseharusan. Bagaimana kita bisa
memahami isi kandungan al-Qur’an, bila kita tidak memahami bahasanya ?
Bagaimana kita bisa menyelami lautan hikmah dalam hadist-hadist Rasulullah bila
Bahasa arab saja kita tidak paham ? Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman :



إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ قُرْءَٰنًا عَرَبِيًّا
لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ



Artinya
: “Sesungguhnya kami telah menurunkan al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar
kamu memahaminya.”
(Q.S Yusuf : 2)



بِلِسَانٍ عَرَبِىٍّ مُّبِينٍ  



Artinya : “Dengan bahasa Arab
yang jelas.”
(Q.S Asy-Syu’araa : 195)



قُرْءَانًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِى عِوَجٍ
لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ



Artinya
: “Ialah al-Qur’an dalam Bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (didalamnya)
supaya mereka bertaqwa.”
(Q.S Az-Zumar : 28)



Umar
Bin Khattab berkata :



تَعَلَّمُوا الْعَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا
مِنْ دِيْنِكُمْ



Artinya
: “Pelajarilah bahasa arab, karena bahasa arab ialah merupakan bagian dari agama kalian.”



Al-Imam Asy-Syafi’i berkata : 

مَنْ تَبَحَّرَ فِي النَّحْوِ اِهْتَدَی إِلىَ كُلِّ الْعُلُوْمِ



Artinya : “Barang siapa menguasai ilmu nahwu, maka ia akan
mendapat petunjuk untuk me
mahami seluruh ilmu (islam)”.



Oleh karena itu, marilah kita berdoa kepada
Allah SWT, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab supaya kita
memahami Agama kita dengan baik.



 



 



 



 

Posting Komentar untuk "Inilah Pengantar Ilmu Nahwu"