Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Nadzom Imrity Bab I'rob Beserta Contohnya

Nadzom Imrity

باب الإعراب



(Bab I’rab)



إِعْرَابُهُمْ
تَغْيِيْرُ اَخِرِ الْكَلِمْ 
(27)  تَقْدِ
يْرًا أَوْ لَفْظًا لِعَامِلٍ عُلِمْ



Terjemah



I’rab menurut ulama nahwu adalah berubahnya
akhir kalimat berbeda beda, baik perubahan tersebut dalam segi taqdiri
(perkiraan) atau lafadnya (ucapanya) dikarenakan adanya amil yang masuk.

Penjelasan



Pada bait ini menjelaskan definisi i’rab
menurut ulama nahwu adalah perubahan (yang berupa harakat/huruf) di akhir kata,
baik dalam segi lafad/dzhohir/tampaknya maupun dalam segi taqdir/perkiraannya
disebabkan adanya amil yang masuk. Seperti contoh dibawah ini:



  • Perubahan dalam segi lafad dengan harakat



يَنْسَحُ عَبْدُ الله التَّقْيِيْدَاتِ
النَّحْوِيَّةَ مِنْ كِتَابِي



(Abdullah menyalin
catatan-catatan ilmu Nahwu dari kitab saya)



لَنْ نُعَادِيَ عَبْدَ اللهِ (kami tidak
memusuhi Abdallah)



لَنْ أَنْظُرَ إِلىَ عَبْدِ اللهِ (Saya tidak
melihat Abdillah)



Pada lafad yang
bergaris bawah diatas merupakan bentuk perubahan dalam segi lafad dengan
menggunakan harakat. Fokus pada lafad yang bergaris bawah (
عَبْد) mengalami
perubahan yakni bunyi huruf terakhir itu bisa dibaca dhommah, fathah atau
kasroh
itu semua tidak terlepas karena adanya amil yang masuk. Maqsud dari
amil adalah sesuatu yang menyebabkan perubahan suatu kalimat (kata). Seperti pada
lafadz (
عَبْدُ) dibaca rofa’ dengan harakat dhommah disebabka oleh amil yang
menuntut untuk dibaca rafa’ yakni karena menjadi Fa’il (sabjek/pelaku). Pada
lafadz (
عَبْدَ) dibaca nasob dengan harakat fathah dikarenakan menjadi Maful
Bih
(objek/sasaran pekerjaan). Pada lafad (
عَبْدِ) dibaca jer
dengan harakat kasrah dikarenakan kemasukan huruf jer (
إِلىَ).



  • Perubahan dalam segi lafad dengan huruf



التِّلْمِيْذَانِ يَدْرُسَانِ الْعُلُوْمَ
الشَّرْعِيَّةَ وَالْعَصْرِيَّةَ بِهَذَا الْمَعْهَدِ



(Dua murid laki laki itu
belajar Agama dan umum di Pesantren ini)



إِنَّ الْتِلْمِذَيْنِ لَنْ يُدْرُسَا الْعُلُوْمَ الْعَصْرِيَّةَ
فَقَطْ



(Sesungguhnya dua
murid laki laki itu tidak akan belajar ilmu umum saja)



عَجِبْتُ مِنَ التِّلْمِذَيْنِ اللَّذَيْنِ لَمْ يُدْرُسَا
الْعُلُوْمَ الشَّرْعِيَّةَ



 (Saya heran kepada dua murid laki-laki yang tidak
belajar ilmu Agama)



Pada lafad bergaris
bawah ialah merupakan bentuk perubahan dalam segi lafadz dengan menggunakan
huruf. Seperti pada lafadz
التِّلْمِيْذَانِ dibaca rofa’ karena menjadi mubtada’
tanda rofa’nya dengan menggunakan alif & nun karena berupa Isim Tasniyyah.
Kemudian pada contoh berikutnya pada lafadz
إِنَّ الْتِلْمِذَيْنِ itu dibaca
nashob karena menjadi isimnya Inna, dibaca nasob dengan menggunakan
huruf ya’ & nun dikarenakan berupa isim tasniyah. Selanjutnya, pada lafadz
مِنَ
التِّلْمِذَيْنِ
di baca Jer karena kemasukan huruf jer (مِنْ) dibaca Jer dengan
menggunakan huruf ya’& nun dikarnakan berupa isim Tasniyyah.



  • Perubahan dalam segi taqdirnya
    (perkiraanya)



يَخْشَى الْمُصْطَفَى رَبَّهُ



(Mustofa takut kepada
tuhanya)



لَنْ يَخْشَى النَّاسُ الْمُصْطَفَى إِذَا لَمْ
يَعْمَلْ بِعِلْمِهِ



(Orang orang tidak
akan takut kepada mustofa jika ia tidak mau mengamalkan ilmunya)



أُجِبْتُ بِالْمُصْطَفَى لِأَنَّهُ لَمْ يَخْشَ
إِلاَّ اللهِ



(Saya kagum kepada
Musthofa karena ia tidak takut kecuali kepada Allah) 



Fokus pada lafadz yang
bergaris bawah (
الْمُصْطَفَى) itu semua mengalami perubahan hanya dengan perkiraan
(dikira-kirakan sesuai amil yang masuk) semisal pada contoh pertama
يَخْشَى الْمُصْطَفَى
رَبَّهُ
dengan mengira-ngirakan sesuai tuntutan amil yang masuk maka kalau
dikira-kirakan menjadi (
الْمُصْطَفَىُ) dibaca rofa' karna menjadi Fa’il
(subjek/pelaku)
dengan mengira-ngirakan harakat dhommah.



                 



أَقْسَا
مُهُ أَرْبَعَةٌ فَلْتُعْتَبَرَ
 (28)  رَفْعٌ وَنَصْبٌ وَكَذَا جَزْمٌ وَجَرْ



Terjemah

 I'rab memiliki 4 macam yaitu: (1). Rofa’ (2).
Nashob (3). Jar (4). Jazem



Penjelasan



Adapun jumlah keseluruhan dari I’rab
ada 4 yakni: (1). Rofa’ (2). Nashob (3). Jar (4). Jazem



Alasan penamaan i’rab diatas ialah
sebagai berikut : Rofa’ karena dua bibir naik ketika mengucapkan alamat
rofa’, dinamai Nashob karena tegaknya kedua bibir ketika mengucapkanya,
dinamai Jar karena turunya bibir ke bawah ketika mengucapkanya,
dinamai Jazam karena putusnya harakat ketika mengucapkanya.



وَالْكُلُّ
غَيْرَ الْجَزْمِ فِى الْاَسْمَا يَقَعْ
(29)    وَكُلُّهَا
فِى الْفِعْلِ وَالْخَفْضُ امْتَنَعْ



Terjemah



Semua
i’rob selain jazam itu bisa masuk pada kalimat isim, dan semua i’rob
(selain khofadz/jar) itu bisa masuk pada fiil.



Penjelasan



Kesemua
macam i’rab diatas itu bisa masuk pada kalimat isim kecuali i’rab
jazam
dan bisa masuk pada kalimat fi’il kecuali i’rab jar/khofadz. Maksudnya,
dari keempat macam i’rab tersebut yang masuk pada kalimat isim hanya ada
3 :

  • Rofa’ : مُحَمَّدٌ عَالِمٌ
  • Nashob
    إِنَّ مُحَمَّدًا عَالِمٌ
  • Jar مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ



Sedangkan yang masuk pada kalimat Fi’il juga
ada 3 :

  • Rofa’ يَقْرَأُ  مُحَمَّدٌ الْقُرْأَنَ كُلَّ يَوْمٍ
  • Nashob يَسُرُّنِي أَنْ يَقْرَأَ القُرْأَنَ كُلَّ
    يَوْمٍ
  • Jazam :
    لَمْ يَقْرَأْ
    مُحَمَّدٌ
    الْقُرْأَنَ فِي الْحَمَّامِ



Jadi, i’rab rofa’ dan nashob
bisa masuk pada isim dan fi’il dan disebut juga dengan i’rab mustarok (i’rab
yang selalu ada pada kalimat isim dan fi’il), sedangkan i’rab jar hanya
khusus masuk pada kalimat isim saja dan disebut dengan i’rab mukhtas bil ‘asma,
adapun i’rab jazam hanya khusu masuk pada kalimat fi’il saja, dan
disebut dengan i’rab mukhtas bil a’fal.



وَسَائِرُ
الْاَسْمَاءِ حَيْثُ لاَشِبَهْ

(30) 
  قَرَّبَهَا
مِنَ الحْرُوْفِ مُعْرَبَهْ



Terjemah



Semua
kalimat isim, sekiranya tidak ada keserupaan yang mendekatkan pada kalimat
huruf itu hukumnnya mu’rob.



Penjelasan



Semua
kalimat isim hukumnya mu’rab apabila tidak serupa dengan kalimat huruf
dengan keserupaan yang kuat, jadi apabila ada kalimat isim terdapat keserupaan
yang kuat pada kalimat huruf maka dihukumi mabni.

  • Isim-isim mabni sebagai berikut:

  1. Isim Dhomir, seperti: هُوَ هُمَا هُمْ، هِيَ
    هُمَا هُنَّا، أَنْتَ أَنْتُمَا أَنْتُمْ، أَنْتِ أَنْتُمَا أَنْتُنَّ، اَنَا نَح
  2. Isim Syarat, Seperti:  مَنْ، مَا، مَهْمَا، حَيْثُمَا
  3. Isim Fi’il, Seperti:  صَهْ، صَهٍ، هَيْهَاتَ، أَوَّهْ، آمِيْنَ
  4. Isim Isyaroh, Seperti:  هَذَا، هَذِهِ، ذَلِكَ، تِلْكَ....الخ
  5. Isim Mausul, Seperti:  اَلَّذِيْ، اَلَتِيْ، اَلَّذِيْنَ
  6. Isim Istifham, Seperti:  مَا، مَنْ، اَيْنَ، كَيْف
  • Selain isim dari keenam diatas itu hukumnya mu’rab
  • Yang dimaksud dengan mabni ialah bunyi
    akhirnya hanya menetapi satu keadaan saja, baik dalam harakat atau sukunya. Maksudnya,
    jika akhir lafadz tersebut diharakati fathah, maka harus selalu di fathahkan
    tidak bisa dirubah menjadi dhommah atau kasroh meskipun dimasuki oleh amil yang
    berbeda-beda dan begitu seterusnya.


وَغَيْرُذِىْ
الْاَسْمَاءِ مَبْنِىٌّ خَلاَ

(31)
  مُضَارِعٍ مِنْ كُلِّ نُوْنٍ قَدْ خَلاَ



Terjemah



Selain
kalimat isim (kalimat huruf, kalimat fiil ) itu hukumnya mabni, kecuali fiil
mudhori yang tidak bertemu dengan nun (nun jamak inas dan nun taukid).



Penjelasan



Isim
 itu ada yang mu’rab (yang
asal) dan ada yang mabni (yang cabang dari mu’rab)
begitu juga dengan fi’il ada yang mu’rab dan ada yang mabni
(yang asal). adapun fi’il yang mabni ialah sebagai berikut:

  • Fi’il Madhi, seperti: نَصَرَ، نَصَرُوْا، نَصَرْتَ
  • Fi’il ‘Amar, Seperti: إِفْتَحْ، إِفْتَحَنَّ، إِفْتَحُوْا
  • Fi’il Mudhore’ yang bertemu dengan nun taukit (tsaqilah/khofifah)
    atau nun jama’ muannas, seperti:يَضْرِبَنَّ، يَضْرِبَنْ، يَضْرِبْنَ  



Sedangkan
fi’il yang mu’rab (cabang dari yang mabni) adalah setiap fi’il
mudhore’ yang tidak bertemu dengan nun taukid (tsaqilah/khofifah) atau nun jama’
muannas. Seperti:
يَنْصُرُ،
يَضْرِبُ
.



Sumber:

  • Syarah Nadzom Imrity
  • Kitab Ajjurumiyyah


Posting Komentar untuk "Penjelasan Nadzom Imrity Bab I'rob Beserta Contohnya"