Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Singkat Tercetusnya Ilmu Nahwu, Bermula dari Kesalahan Hingga Jadi Disiplin Ilmu

Ilustrasi. (Foto: Freepik/brgfx)

Ngajisalafy.com - Kemunculan ilmu Nahwu tidak terlepas dari kekhawatiran terhadap rusaknya keahlian bahasa Arab. Terdapat beberapa versi terkait awal mula penulisan disiplin ilmu yang satu ini. 

    Ilmu Nahwu adalah suatu disipkin ilmu yang membahas struktur kata dalam kalimat dan harakat akhir kata dari sisi perubahan dan tetapnya.

    Sejarawan terkemuka muslim, Ibnu Khaldun menyatakan, sendi ilmu bahasa Arab itu ada empat: lughah (leksikografi/bahasa), nahwu (tata bahasa), bayan (gaya bahasa), dan adab (sastra).

    Namun, hal yang terpenting dari beberapa jenis ilmu tersebut yaitu ilmu nahwu. Sebab, ilmu nahwu memberi petunjuk jelas tentang prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk mengungkapkan berbagai makna yang dimaksud.

    Dengan ilmu ini, sesorang dapat membedakan antara subjek (fa'il) dan objek (maf'ul). Sedangkan dalam kalimat nominal, bisa dibedakan antara subjek (mubtada`) dan predikat (khabar).

Penulis Pertama Ilmu Nahwu

Orang pertama yang menulis ilmu nahwu ialah Abu al-Aswad ad-Du`ali, dari bani Kinanah. Ia menulis ilmu nahwu atas perintah dari Sayidina Ali ra.

    Awalnya, ia mendengar ucapan putrinya saat bersantai di rumah memandangi langit.

Saat itu, sang putri mengucapkan, 

مَا أَحْسَن ُ السَّمَاء ِ

(Hal apa yang paling indah di langit?)

    Dengan dibaca kasroh pada kata السماء, maka mengandung arti kalimat tanya. Sebab, dalam gramatika bahasa Arab, harakat sangat berpengaruh dalam makna yang dipahami.

Abu al-Aswad ad-Du`ali pun sontak menjawab, 

النُّجُوْمُ

(Bintang-bintang)

Sang ayah memahami ungkapan anaknya itu sebagai kalimat tanya. 

    Akan tetapi, sang anak sebenarnya bukan bertanya, melainkan hanya takjub dengan pemandangan indah langit pada malam itu. 

    Sang anak pun langsung mengklarifikasi bahwa yang ia maksud bukan bertanya, melainkan memuji keindahan pemandangan malam itu.

Kemudian, Abu al-Aswad pun membenahi redaksi yang diucapkan anaknya dengan kalimat, 

مَا أَحْسَنَ السَّمَاءُ

(Wah, alangkah indahnya langit itu)

    Pada kalimat itu, Abu al-Aswad memberi harakat fathah pada kata أحسن dan harakat dlammah pada kata السماء.

    Melihat hal itu, Abu al-Aswad pun menjumpai Khalifah Keempat Sahabat. Ia menceritakan tentang kejadian itu. 

    Lalu, Sayyidina Ali ra. pun memerintahkan Abu al-Aswad menulis perihal pembagian kata, tanda baca, dan beberapa terkait gramatika bahasa. 

Kemudian, murid dari Abu al-Aswad ad-Du`ali terus mengembangkan ilmu ini. Berbagai ulama lintas generasi terus memperbaikinya, hingga tercipta ribuan kitab dalam ilmu nahwu. 

Namun, yang populer di antaranya Al-Fiyah ibnu Malik, Jurumiyah, 'Imrithi, dan sebagainya.

Sekarang, kita mengenal ilmu ini sebagai disiplin ilmu tersendiri dengan nama ilmu Nahwu. Ilmu ini wajib diajarkan di pesantren atau lembaga pendidikan Islam, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.***

Sumber: Muqaddimah Ibnu Khaldun, Jakarta, Wali Pustaka, 2019. Mukhtashar Jiddan.


Posting Komentar untuk "Sejarah Singkat Tercetusnya Ilmu Nahwu, Bermula dari Kesalahan Hingga Jadi Disiplin Ilmu"