Mengapa Harus Memilih Madzhab? Simak Ulasan Ini Dengan Lengkap

Ilustrasi. (Foto: Freepik/image by freepik)

Ngajisalafy.com - Seorang muslim mesti memiliki madzhab untuk melakukan ibadah, baik ibadah kepada Allah Swt. maupun antar sesama, yakni muamalah.

Namun, keharusan memilih mazhab ini selalu menjadi pertanyaan bagi sejumlah orang. Madzhab dianggap tidak diperlukan lantaran bukan merupakan landasan hukum.

Kali ini, pertanyaan tersebut muncul dari seseorang yang mengikuti kajian fikih ibadah.

Pertanyaan

Ustadz, kenapa beragama harus mengikuti imam madzhab. Kenapa tidak langsung ke Rasulullah saja? Berarti kita mengikuti ulama, bukan mengikuti Rasulullah?

Jawaban

Segala puji bagi Allah Swt. pencipta alam raya. Shalawat dan salam tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad Saw. yang mewarisi ilmu untuk umatnya.

Terima kasih untuk penanya yang budiman atas pertanyaan yang sangat menarik ini.

Mengapa kita harus mengikuti imam madzhab?

Pertama, karena sanad keilmuannya jelas.

Kita tidak hidup di zaman Rasulullah Saw. Dikhawatirkan, hadis yang kita ambil penuh dengan distorsi atau disalahartikan oleh orang-orang yang hidup di kurun waktu Rasulullah hingga ke zaman kita hidup. 

Contoh, nikah mut'ah (kawin kontrak). 

Dulu, nikah mut'ah dibolehkan. Akan tetapi, Rasulullah dengan tegas dan jelas telah mengharamkan praktek nikah ini. Karena itu, jika menemukan hadis yang membolehkan kawin kontrak, dipastikan itu hadis sudah diganti hukumnya (di-naskh).

Dalam kilas sejarah, setelah kematian Rasulullah Saw. dan para sahabat, banyak yang mengatasnamakan hadis Nabi untuk membenarkan apa yang dikerjakannya. 

Karena itu, ulama bersepakat agar memilih hadis-hadis yang memang dari Nabi atau masih orisinil, belum ditambah dan dikurangi. Dengan demikian, terciptalah ilmu Mustholah al-Hadis. 

Konsensus ulama juga menyepakati, sedikitnya empat madzhab yang bisa dijadikan landasan hukum fikih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali.

Meskipun banyak ulama mazhab di luar empat ini, namun keempatnya dianut mayoritas orang di dunia. Sehingga, murid keempatnya mampu mendominasi dalam masalah fikih.

Kedua, keempat mujtahid mutlak ini bertanggung jawab di hari kiamat atas pendapat masing-masing.

Di hari hisab kelak, setiap orang dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat, dikatakan, dilihat, didengar, dan sebagainya. Tak terkecuali dalam beribadah. 

Dalam masalah kehidupan, baik ibadah hamba dengan tuhan, muamalah, nikah, dan lain-lain, akan dipertanyakan dari siapa ilmu itu didapat.

Dengan adanya madzhab, kita bisa berdalih, cara shalat kita seperti yang diucapkan guru, ustadz, ulama madzhab, hingga ke Rasulullah Saw.

Hal ini pun sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup di zaman sahabat dan tidak sempat berjumpa dengan Rasulullah Saw.

Karena mereka tidak bertemu dengan Rasulullah Saw., namun mereka tetap mencari hadis melalui para sahabat atau orang yang berjumpa dengan Rasulullah Saw.***

Berbagi :