Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Unik Ulama’ Nahwu Logika Cerdas Jawab Apapun Bisa

Di kisahkan bahwasanya ada seseorang yang bernama Abu
al-‘Abbas Muhammad ibn Yazid ibn Abdul Akbar al-Mubarrad. Beliau merupakan
seseorang ulama' yang pakar nahwu dari madzhab Bashrah. Ia menguasai bebagai ilmu Agama, bahasa dan sastra. Hafalanya kuat, penjelasanya lugas, tingkahnya
berwibawa, pergaulanya mulia, tulisanya indah, ucapannya manis, lisanya fasih
dan logikanya terlatih. Sifat-sifat mulia para cendekia nyaris berkumpul dalam
dirinya.



Dalam sejarah menyebutkan bahwa ia pernah mengaji al-Kitab
karyanya imam Sibawaih di Majlis Abu Ustman al-Mazini waktu itu, umurnya masih
muda tapi ia sudah aktif di dunia keilmuan dan keagamaan.



Suatu saat, Kholifah al-Mutawaakil membaca al-Qur’an
disalah satu sudut istana kerajaan. Di hadapanya ada beberapa tokoh kerajaan,
termasuk al-Fath Ibn Khotton seorang mentri yang sangat akrab dengan al-Mutawakklil
hingga dianggap seperti saudara kandunganya sendiri.



Saat bacaan al-Mutawakkil sampai pada penghujung  surat al-An’am ayat 109 :



وَمَا يُشْعِرُكُمْ  أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ
لاَيُؤْمِنُوْنَ



Tiba-tiba al-Fath
m
enegornya, ia
mengoreksi bacaan al-Mutawakkil. Menurutnya, lafadz
أَنَّهَا  dalam ayat tersebut
dibaca kasrah
إِنَّهَا
al-Mutawakkil tetap bersikuku pada bacaanya dengan mengemukakan beberapa
argumen, demikian pula dengan al-Fath. Maka perselisian keduanya dalam hal bacaan
itupun dimulai.



Keduanya
sepakat untuk menghadirkan Yazid
ibn Muhammad al-Muhallabi yakni seorang penyair, sahabat al-Mubarrad
untuk dijadikan sebagai penengah sekaligus hakim yang menentukan pendapat mana
yang benar. Yazid tiba di kerajaan Ia mengambil posisi duduk, siap
menerima  pertanyaan dari kedua belah pihak.
Wajah al-Mutawakkil dan
al-Fath tampak gelisah, takut kalah.



Keduanya menjelaskan
perkara yang mereka perselisihkan kepada Ya
zid. Setelah mendengar semuanya, alih-alih memberikan penjelasan yang benar, Yazid malah angkat tangan tidak bisa
menjawabnya, “
Demi Allah, aku tidak mengerti bagaiman perbedaan
antara Innaha dan Annah
a dalam ayat tersebut.



Tidak
adakah di sini yang sekiranya bisa memecahkan permasalahan ini?”
al-Mutawakkil.



Aku tidak mengetahui siapapun kecuali seorang pemuda dari bashrah,
namanya
al-Mubarrad. Jawab Yazid.



Kalau
begitu, ia harus diundang kesini!
al-Mutawakkil.



Al-Mutawakkil
lalu mengutus Muhammad ibn al-Qasim al-Hasyimi untuk mengundang
al-Mubarrad datang ke kerajaan.
Rupa-rupanya, al-Mubarrad tidak langsung bisa datang waktu itu juga, ia bisa
datang setelah beberapa hari. Akhirnya pertemuan itu selesai dengan masih
menyisakan tanda
tanya
pada perselisihan antara al-Mutawakkil dan al-Fath.



Setelah
beberapa hari kemudian, al-Mubarrad tiba di kota Baghdad. Sebelum menuju
kerajaan Abbasiyah,
terlebih
dahulu ia mendapat ramuan di rumah al-Fath selaku menteri khalifah
al-Mutawakkil waktu
itu.



Sambil
menikmati jamuan sekaligus melepas lelah setelah perjalanan dari Bashrah,
al-Mubarrad ngobrol santai dengan al-Fath.



Bagaimana
pendapatmu tentang lafadz
Innaha dalam surat al-An’am ayat 109? Apakah dibaca fathah; annaha,
atau dibaca kasroh; innaha?
al-Fath langsung membuka percakapan.



"Innaha,
dibaca kasroh. Ini pendapat yang terpilih" jawab al-Mubarrad.



"Mengapa bisa
begitu?" tanya al-Fath.



“Ya karena,
menurutku innaha disini bisa menjadi permulaan kalam (isti’naf) jadi harus
dibaca kasrah
”. al-Mubarrad menjelaskan.



Mendengar
jawaban al-Mubarrad, al-Fath tersenyum senang, “ya, engkau benar!”



Setelah
acara jamuan usai, al-Fath langsung mengajak al-Mubarrad mengha
dap khalifah al-Mutawakkil, ia tidak
sabar ingin sang khalifah segera mengetahui jawaban al-Mubarrad bahwa pendapat
dirinyalah yang benar menurut pe
nghitungan al-Mubarrad.



Al-Mubarad
masuk ke dalam istana, ia dipersilahkan duduk, lalu berjumpa dengan
al-Mutawakkil. Perjumpaan itu adalah perjumpaan yang pertama, sebelumnya,
al-Mutawakkil belum pernah bertemu dengan al-Mubarrad.



Tanpa
basa-basi, al-Mutawakkil langsung mengemukakan pertanyaan:
bagaimana engkau membaca lafadz
annaha dalam surah al-An’am ayat 109? Dibaca kasroh atau dibaca fathah?”



“Wahai
Amirul Mukminin! Kebanyakan para ulama membaca dengan fathah", jawab
al-Mubarrad.



Mendengar
jawaban itu, al-Mutawakkil langsung tertawa, ia senang dengan jawaban itu. Ia
merasa bahwa pendapatnya dibenarkan oleh al-Mubarrad. Berbeda dengan al-Fath,
ia malah geram, yang tadinya al-Mubarrad membenarkan pendapatnya, sekarang
malah mendukung dan membenarkan al-Mutawakkil.



“Wahai Amirul Mukminin! Dia bohong, sungguh apa yang ia
sampaikan barusan tidak sama dengan apa yang ia sampaikan kepadaku, tadi!” sela
al-Fath.



“Ah, aku tidak mau tahu, yang jelas, dia barusan bilang
begitu!” canda al-Mutawakkil sambil tertawa senang.



Akhirnya perjumpaan itu selesai. Al-Mubarrad keluar dari
istana diikuti oleh al-Fath.



“Bagaimana kau itu, kau telah berbohong kepadaku tadi!”
terka al-Fath setelah berada diluar istana.



“Tidak kok!” jawab al-Mubarrad santai.



“Bagaimana tidak, tadi kau bilang lafad innaha
dibaca kasrah. Lalu barusan kau berubah, yang benar dibaca fathah.
Bagaimana itu!?” al-Fath sedikit kesal.



“Siapa yang mengatakan bahwa yang benar adalah dibaca fathah?”
al-Mubarrad diam sejenak, lalu melanjutkan, “Aku hanya mengatakan bahwa
kebanyakan Ulama’ membacanya fathah. Padahal menurutku mereka semua
salah” jelas al-Mubarrad santai.



“Lalu, mengapa engkau tidak mengatakan hal yang
sebenarnya kepada khalifah?” al-Fath.



“Aku hanya menghindar dari celaan dan murkanya. Dia itu
seorang Khalifah, pemimpin negeri ini,” lirih al-Mubarrad sambil tersenyum
tenang.



Al-Fath manggut-manggut, “Ya. Baguslah kalau maksudmu
memang demikian.” al-Fath memaklumi apa yang telah terjadi dan berusaha untuk
bersikap bijak.



Sumber bacaan:

Abu Bakar al-Zubaidi, Tabaqat al-Nahwiyin wa
al-Lughawiyin (102)



Mutiara Hikmah:



لاَ يُمْكِنُ لِلْمَرْءِ أَنْ يَحْصُلَ عَلىَ الْمَعْرِفَةِ
إِلَّا بَعْدَ أَنْ يَتَعَلَّمَ كَيْفَ يُفَكِّرْ



Artinya :“Seseorang
tidak mungkin memperoleh pengetahuan kecuali setelah ia belajar bagaimana ia
berpikir”.



 

Posting Komentar untuk "Kisah Unik Ulama’ Nahwu Logika Cerdas Jawab Apapun Bisa"